Simbol dalam sistem religi tionghoa

Bupati Ketapang. H. Morkes Effendi yang lalu telah meresmikan penggunaan Toapekong rumah ibadat umat Agama Khong fu tsu yang terletak Desa Rantau Panjang Kec. Simpang Hilir. Kelenteng tua yang berdiri sejak tahun 1920 ini oleh umat khong fu tsu di pugar dengan menghabiskan dana 500 juta rupiah. Penyelesaian rumah ibadat agama Khong Fu tsu ini berkat kerjasama berbagai pihak . Beberapa donator baik yang ada di Ketapang, Pontianak bahkan ada juga yang datang dari Tenggerang, Bekasi Jakarta dan lain lain, kata Apendi salah seorang pengurus Forum Umat Tionghoa ( Format) kabupaten Ketapang. Memang masih belum seluruhnya selesai, oleh karena itu sumbangan dari para donatur ini masih sangat diharapkan. Digunakannmya kata Tionghoa bukan Cina dalam organisasi Format menurut Afandi , karena kalau Cina adalah nama suatu negara dan bangsa, Tetapi kalau menggunakan nama Tionghoa berarti mereka adalah warga negara Indonesia. Salah satu latar belakang berdirinya Format di kabupaten Ketapang untuk menjembatani silaturahmi antar sesama umut Tionghoa ,dengan umat lain maupun pemerintah daerah yang berfungsi sebagai pembina. Sejumlah instansi dan tokoh masyarakat dari berbagai kalangan tumpah ruah di desa Rantau Panjang tersebut. Ketua Majelis Umat Khong Fu tsu Kalbar Apeng Tanjaya dalam kata sambutannya mengatakan bahwa umat agama khong Fu tsu mengucapkan terima kasih atas partisipasi pemerintah daerah dan masyarakat yang juga mempunyai andil dalam pembangunan Toapekong ini. Kehadiran tempat ibadat agama Kong Fu tsu ini diharapkan dapat membantu pemerintah untuk membangun masyarakat disegala bidang baik jasmani maupun rohani. Ajaran agama Khong Fu tsu selalu mengingatkan pentingnnya menebar kebajikan, karena dengan kebajikan manusia akan mencapai kesempurnaan, baikdidunia maupun diakhirat. Sementara itu Bupati Ketpang H. Morkes Effendi Spd mengatakan bahwa sekarang tidak ada lagi diskriminasi antar umat Tionghoa atau umat lainnya. Pemerintah akan selalu melindungi masyarakatnya, karena hal ini merupakan tugas dari pemerintah. Sebagai warga negara masyarakat Tionghoa juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara. Kerukunan antar umat beragam yang ada diketapang ini supaya terus dipertahankan. Pada kesempatan tersebut juga telah dilantik segenap pengurus Format Kec. Simpang Hilir. Dari kalangan budayawan dan nara sumber yang dapat dipercaya ada beberapa jenis smbol-simbol dalam masyarakat etnis Tionghoa dengan sangat sederhana tetapi tetap utuh maupun masyarakat pelaku bisnis yang melakukannya sejak zaman dahulu hingga saat ini Seperti :
  • Kue Keranjang
Salah satu kue khas perayaan tahun baru imlek adalah kue keranjang. Menurut kepercayaan zaman dahulu, rakyat Tiongkok percaya bahwa bahwa anglo dalam dapur di setiap rumah didiami oleh Dewa Tungku, dewa yang dikirim oleh Yik Huang Shang Ti (Raja Surga) untuk mengawasi setiap rumah dalam menyediakan masakan setiap hari. Setiap tanggal 24 bulan 12 imlek (enam hari sebelum penggantian tahun), Dewa Tungku akan pulang ke surga untuk melaporkan tugasnya. Maka untuk menghindarkan hal-hal yang tidak menyenangkan bagi rakyat, timbullah gagasan untuk menyediakan hidangan yang menyenangkan Dwa Tungku. Seluruh warga kemudian menyediakan dodol manis yang disajikan dalam keranjang, disebut kue Keranjang. Kue Keranjang bebebentuk bulat, mengandung makna agar keluarga yang merayakan imlek tersebut dapat terus bersatu, rukun dan bulat tekad dalam menghadapi tahun yang akan datang. kue Keranjang disajikan di depan altar atau dekat tempat sembahyang di rumah.

  • Kue Bulan
Kue bulan (Hanzi , pinyin, yuebing) adalah penganan tradisional Tionghoa yang menjadi sajian wajib pada perayaan Festival Musim Gugur setiap tahunnya. Di Indonesia, kue bulan biasanya dikenal dalam dialek Hokkian-nya, gwee pia atau tiong chiu pia. Kue bulan tradisional pada dasarnya berbentuk bulat, melambangkan kebulatan dan keutuhan. Namun seiring perkembangan zaman, bentuk-bentuk lainnya muncul menambah variasi dalam komersialisasi kue bulan. Satu kue bulan bermula dari penganan sesajian pada persembahan dan penghormatan pada leluhur di musim gugur, yang biasanya merupakan masa panen yang dianggap penting dalam kebudayaan Tionghoa yang berbasis agrikultural. Perkembangan zaman menjadikan kue bulan berevolusi dari sesajian khusus pertengahan musim gugur kepada penganan dan hadiah namun tetap terkait pada perayaan festival musim gugur tadi.
Beberapa legenda mengemukakan bahwa kue bulan berasal dari Dinasti Ming, yang dikaitkan dengan pemberontakan heroik Zhu Yuanzhang memimpin para petani Han melawan pemerintah Mongol. Namun sebenarnya, kue bulan telah ada tercatat dalam sejarah paling awal pada zaman Dinasti Song. Dari sini, kue bulan dipastikan telah populer dan eksis jauh sebelum Dinasti Ming berdiri.
  •  Menurut cara pembuatan : Guangdong, Beijing, Taiwan, Hongkong, Chaozhou.
  •  Menurut rasa : manis, asin, pedas.
  •  Menurut isi : kuning telur, tausa (kacang merah), buah-buahan, kacang hijau, es krim.
  •  Menurut bahan kulit : tepung gandum, gula dan es.
Pembuatan kue bulan di Indonesia pada dasarnya berasal dari gaya pembuatan Guangdong dan Chaozhou. Juga ada lokalisasi dengan cara pencampuran bahan-bahan yang mudah didapatkan di Indonesia, semisal daun pandan sebagai perasa.
Dan masih banyak kategori-kategori lainnya hasil inovasi gaya pembuatan kue bulan gaya baru di pasaran yaitu :
  • Bakcang
Bakcang atau bacang (Hanzi: , hanyu pinyin: rouzong) adalah penganan tradisional masyarakat Tionghoa. Kata 'bakcang' sendiri adalah berasal dari dialek Hokkian yang lazim dibahasakan di antara suku Tionghoa di Indonesia. Bakcang menurut legenda pertama kali muncul pada zaman Dinasti Zhou berkaitan dengan simpati rakyat kepada Qu Yuan yang bunuh diri dengan melompat ke Sungai Miluo. Pada saat itu, bakcang dilemparkan rakyat sekitar ke dalam sungai untuk mengalihkan perhatian makhluk-makhluk di dalamnya supaya tidak memakan jenazah Qu Yuan. Untuk kemudian, bakcang menjadi salah satu simbol perayaan Peh Cun atau Duanwu. Bakcang secara harfiah berarti cang yang berisi daging, namun pada prakteknya, cang juga ada yang berisikan sayur-sayuran atau yang tidak berisi. Yang berisi sayur-sayuran disebut chaicang dan yang tidak berisi biasanya dimakan bersama dengan serikaya atau gula disebut kicang. Bakcang dibuat dari beras ketan sebagai lapisan luar --> daging, jamur, udang kecil, seledri dan jahe sebagai isi. Ada juga yang menambahkan kuning telur asin. Untuk perasa biasanya ditambahkan sedikit garam, gula, merica, penyedap makanan, kecap dan sedikit minyak nabati. Tentunya yang tidak kalah penting adalah daun pembungkus dan tali pengikat. Daun biasanya dipilih daun bambu panjang yang harus dimasak terlebih dahulu untuk detoksifikasi. Bakcang biasanya diikat berbentuk prisma segitiga.

  • Bakmi
Bakmi adalah salah satu jenis mie yang dibawa oleh pedagang-pedagang Tionghoa ke Indonesia. Bakmi juga merupakan makanan yang terkenal terutama di daerah-daerah pecinan di Indonesia. Biasanya bakmi telah di adaptasi dengan menggunakan bumbu-bumbu Indonesia. Tebalnya bakmi adalah antara mie Cina dan Udon Jepang, selain itu ada berbagai variasi bakmi di Indonesia. Bakmi yang paling umum adalah yang terbuat dari tepung terigu atau bakmi kuning. Jenis kedua yang juga terkenal adalah kwetiaw, yang dibuat dari beras dan bentuknya lebih lebar serta lebih tipis dari bakmi. Kedua variasi ini biasa digoreng atau direbus sebelum disajikan.
  • Bakpao
Bakpao (Hanzi: hanyu pinyin: roubao) merupakan makanan tradisional Tionghoa. Dikenal sebagai bakpao di Indonesia karena diserap dari bahasa Hokkian yang dituturkan mayoritas orang Tionghoa di Indonesia.
Bakpao sendiri berarti harfiah adalah baozi yang berisikan daging. Baozi sendiri dapat diisi dengan banyak isian lainnya seperti daging, sayur-sayuran, serikaya manis, selai kacang kedelai atau kacang merah dan sebagainya sesuai selera.Kulit bakpao dibuat dari adonan tepung terigu yang setelah diberikan isian, lalu dikukus sampai mengembang dan matang.

  • Cahkwe
Cahkwe (Hanzi: , hanyu pinyin: you tiao) adalah salah satu penganan tradisional Tionghoa. Cahkwe adalah dialek Hokkian yang berarti hantu yang digoreng. Nama ini berhubungan erat dengan asal-usul penganan yang kecil namun sarat akan nilai sejarah ini. Cahkwe mulai populer di zaman Dinasti Song, berawal dari matinya Jenderal Yue Fei (Hanzi: ) yang terkenal akan nasionalismenya akibat fitnahan Perdana Menteri Qin Kuai (Hanzi: ). Mendengar kabar kematian Yue Fei, rakyat Tiongkok kemudian 2 batang kecil dari adonan tepung beras yang melambangkan Qin Kuai dan istrinya lalu digoreng untuk dimakan. Ini dilakukan sebagai simbolisasi kebencian rakyat atas Qin Kuai. Cahkwe ini populer sebagai makanan untuk sarapan pagi bersama-sama susu kedelai.
  • Cap cai
Cap cai (Hanzi: , hanyu pinyin: za sui) adalah dialek Hokkian yang berarti harfiah "aneka ragam sayur". Cap cai adalah nama hidangan khas Tionghoa yang populer yang khas karena dimasak dari banyak macam sayuran. Jumlah sayuran tidak tentu, namun banyak yang salah kaprah mengira bahwa cap cai harus mengandung 10 macam sayuran karena secara harfiah adalah berarti "sepuluh sayur". Cap di dalam dialek Hokkian juga berarti "sepuluh".
  • Kwetiau
Kwetiau (guotiao; juga disebut sha he fen) adalah sejenis mi Tionghoa berwarna putih yang terbuat dari beras. Dapat digoreng ataupun dimasak berkuah.
  • Tahu
Tahu adalah makanan yang dibuat dari kacang kedelai yang difermentasikan dan diambil sarinya. Berbeda dengan tempe yang asli dari Indonesia, tahu berasal dari China, seperti halnya kecap, tauco, bakpau, dan bakso. Tahu adalah kata serapan dari bahasa Hokkian (tauhu) (Hanzi: , hanyu pinyin: doufu) yang secara harfiah berarti "kedelai yang difermentasi". Tahu pertama kali muncul di Tiongkok sejak zaman Dinasti Han sekitar 2200 tahun lalu. Penemunya adalah Liu An (Hanzi: ) yang merupakan seorang bangsawan, cucu dari Kaisar Han Gaozu, Liu Bang yang mendirikan Dinasti Han. Di Jepang dikenal dengan nama tofu. Dibawa para perantau China, makanan ini menyebar ke Asia Timur dan Asia Tenggara, lalu juga akhirnya ke seluruh dunia. Sebagaimana tempe, tahu dikenal sebagai makanan rakyat. Beraneka ragam jenis tahu yang ada di Indonesia umumnya dikenal dengan tempat pembuatannya, misalnya tahu Sumedang dan tahu Kediri.
  • Teh
Minum teh telah menjadi semacam ritual di kalangan masyarakat Tionghoa. Di Tiongkok, budaya minum teh dikenal sejak 3.000 tahun Sebelum Masehi (SM), yaitu pada zaman Kaisar Shen Nung berkuasa. Bahkan, berlanjut di Jepang sejak masa Kamakaru (1192 – 1333) oleh pengikut Zen. Tujuan minum teh, agar mereka mendapatkan kesegaran tubuh selama meditasi yang bisa memakan waktu berjam-jam. Pada akhirnya, tradisi minum teh menjadi bagian dari upacara ritual Zen. Selama abad ke-15 hal itu menjadi acara tetap berkumpul di lingkungan khusus untuk mendiskusikan berbagai hal. Meski saat itu belum bisa dibuktikan khasiat teh secara ilmiah, namun masyarakat Tionghoa sudah meyakini teh dapat menetralisasi kadar lemak dalam darah, setelah mereka mengonsumsi makanan yang mengandung lemak. Mereka juga percaya, minum teh dapat melancarkan buang air seni, menghambat diare, dan sederet kegunaan lainnya.
  • Angpao
Angpao (Hanzi: hanyu pinyin: hong bao) adalah bingkisan dalam amplop merah yang biasanya berisikan sejumlah uang sebagai hadiah menyambut tahun baru Imlek. Namun angpao sebenarnya bukan hanya monopoli perayaan tahun baru Imlek semata karena angpao melambangkan kegembiraan dan semangat yang akan membawa nasib baik, sehingga angpao juga ada di dalam beberapa perhelatan penting seperti pernikahan, ulang tahun, masuk rumah baru dan lain-lain yang bersifat suka cita.
  • Hu
Hu atau jimat merupakan sesuatu yang dipercaya akan memberikan suatu efek/keajaiban yang bermanfaat kepada penggunanya. Pengguna hu adalah para umat Taoisme dan sebagian besar umat Buddha Mahayana. Hu biasanya dituliskan ke dalam sebuah kertas atau kain dengan ukuran tertentu yang berwarna kuning, hijau, putih atau merah. Setiap warna kertas ada perbedaan dalam menggunakannya. Hu dibuat oleh Tatung atau seseorang yang mengerti ilmu Taoisme, dengan mengukirkan tulisan/aksara/mantra yang kemudian di berkati dengan mantra lisan dan stempel dewa tertentu. Hu biasanya dibuat di depan altar dewa. Keperluan hu bermacam-macam, hu untuk diminum dibuat dengan menggunakan kertas warna kuning; warna hijau untuk keperluan umum seperti hu anti maling; hu pelindung tubuh; hu anti makluk halus dan lain-lain. Sedangkan warna merah biasanya dipakai untuk membuat hu pelaris untuk usaha dagang. Warna putih jarang digunakan karena hanya aliran Taoisme tertentu yang menggunakannya. Dalam penggunaannya, hu bisa dibakar, ditempel atau dilipat dan ditaruh ke tempat yang telah ditentukan. Hu juga mempunyai batas waktu manfaatnya, rata-rata adalah 1 tahun, dan dapat diisi lagi kekuatannya agar manfaatnya bekerja lagi.

Artikel terkait :

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites